Wednesday, March 22, 2017

Kyushu University (Universitas Kyushu)



Kyushu University

Saat ini kampus Kyushu University tersebar di Hakozaki (kampus pertama), Maidashi (jurusan medis), Ohashi, Chikushi, dan yang terbaru dan masih dibangun adalah Ito. Pembangunan kampus Ito merupakan bagian dari upaya merelokasi kampus Hakozaki.

Kampus baru ini memiliki banyak fasilitas riset dan laboraturium dengan peralatan canggih. Misalnya International Research Center for Hydrogen Energy, Research Laboratory for High Voltage Electron Microscopy, serta perpustakaan dengan lebih dari 4 juta buku. Dibanding universitas lain, secara luas, kampus Ito Universitas Kyushu adalah yang terbesar.

Terkait keinginan menjadi universitas bertaraf global, presiden Kyushu University, Kubo Chiharu melalui situs resmi kampus mengatakan bahwa filosofi barunya adalah melanjutkan reformasi untuk menjamin kualitas pendidikan di level internasional, menjadi pusat penelitian dan pendidikan berkelas, penuh vitalitas, dan mampu menghadapi tantangan masa depan.



Fakultas Teknik 
Fakultas Teknik Kyushu University
Berdiri sebagai Kyushu Imperial University pada 1911, kampus tersebut awalnya hanya memiliki College of Engineering dan College of Medicine. Cikal bakal College of Medicine adalah Fukuoka Medical School (1879) yang kemudian menjadi Fukuoka Medical College (1903). Dua fakultas yang paling favorit adalah engineering kemudian medical. Namun beberapa tahun terakhir, pendaftar di fakultas pertanian juga meningkat.

Perganian nama menjadi Kyushu University terjadi pada tahun 1947, disusul berdirinya fakultas baru dan sekolah pasca sarjana. Saat ini Kyushu University memiliki 16 fakultas, 18 sekolah pasca sarjana, lima pusat penelitian dan satu rumah sakit universitas. Kyushu University merupakan salah satu dari "Tujuh Universitas Nasional" di Jepang dan satu-satunya yang berlokasi di pulau Kyushu.

Fakultas Kedokteran Kyushu University
Mahasiswa Indonesia di kampus ini kebanyakan mengambil studi di fakultas teknik dengan jurusan terkait kekayaan alam Indonesia seperti jurusan earth resource engineering, environmental engineering, atau maritime engineering.



Bertambah 
Proses belajar mengajar berjalan baik karena dukungan fasilias yang memadai, apalagi di kampus Ito. Bagi mahasiswa muslim, kampus Ito menyediakan juga ruang sholat mengingat jarak menuju masjid di Fukuokacukup jauh.

Bagi mahasiswa di kampus Hakozaki, akses ke gereja dan masjid sangat dekat, hanya3,5 km dari pusat kota. Kampus Hakozaki juga dekat dengan berbagai fasilitas seperti ward office (kantor kecamatan), stasiun kereta, restoran, dan kantor pos. Keunggulan kampus Hakozaki adalah beberapa bangunan masih asli sejak awal terbentuknya Kyushu University. Ada yang berusia seabad dan akan dilestarikan sebagai warisan sejarah milik Kyushu University dan pemkot Fukuoka.

Bagi mahasiswa Indonesia, kampus ini cukup favorit. Per Desember 2016, terdapat sekitar 150 mahasiswa Indonesia. Peningkatan ini berkat kerjasama dengan lembaga dan universitas di Indonesia. Kyushu University berkolaborasi dengan UGM (Yogyakarta) dan ITB serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kerjasama dengan UGM berlangsung sampai 2020 dan bisa diperpanjang.

Kyushu University juga menjalin kerjasama di tingkat fakultas dengan beberapa universitas . Dengan Universitas Indonesia Kyushu University  bermitra dengan Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, serta Fakultas Sains. Mereka juga berkolaborasi dengan Fakultas Teknik Universitas Hasanudin, Fakultas Geologi Universitas Padjajaran, Bioresource and Bioenvironmental  Sciences IPB, serta Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA Universitas Diponegoro.






Sumber:
Tabloid Halo Jepang edisi Februari 2017








Friday, March 3, 2017

Setsubun







Upacara Setsubun merupakan kegiatan melempar kacang yang dilakukan saat mengawali pergantian musim dingin ke musim semi. Setsubun biasanya jatuh pada tanggal 3 Februari. Upacara setsubun dilakukan dengan melempar segenggam kacang kedelai sangrai sambil mengucapkan "Oni wa soto, fuku wa uchi" yang berarti "pergilah iblis, masuklah keberuntungan". Ibarat mantera, kalimat tersebut seolah memberi kekuatan pada kacang untuk menghalau setan di tahun yang baru saja berganti.

Dalam laporan NHK disebutkan, pada hari itu seluruh masyarakat di seluruh Prefektur Jepang menyebar kacang kedelai yang sudah disangrai matang untuk memperoleh keberntungan sepanjang tahun, dan mengusir setan-setan yang mewakili kemalangan. Sebagian orang melempar kacang tersebut di halaman rumah, sebagian lagi melalukannya di kuil. Kegiatan ini disebut mame-maki.

dukun di kuil memakai topeng seperti setan
Ritual setsubun di kuil menampilkan para dukun yang mengenakan topeng menyeramkan layaknya oni atau setan. Kemudian, masyarakat yang datang melemparinya dengan kacang kedelai sambil mengucap "mantera" seperti yang dimaksud.


Sejarah Setsubun
Berdasrkan sejarahnya, pada zaman kuno, setsubun adalah perayaan tahunan di istana kaisar. Menurut Engishiki (kumpulan undang-undang dan aturan di masa lalu), saat itu menjadi tradisi untuk memajang beragam boneka dari tanah liat berbentuk anak dan sapi di pintu gerbang dalam lingkungan istana.

kacang kedelai dan topeng oni, dua benda khas setsubun
Memasuki zaman modern, kebiasaan setsubun di zaman kuno lenyap dan digantikan tradisi melempar kacang dan menggantung kepala ikan sardin yang ditusuk ranting pohon hiragi di pintu masuk rumah. zdi beberapa prefektur Jepang, masyarakat percaya kepala sardin dapat mengusir oni yang lahir pada hari setsubun.

Namun yang umum dilakukan adalah menyebar kacang kedelai panggang di depan pintu rumh. Biasanya sang ayah berperan sebagai oni dengan memakai topeng seram, berdiri di depan pintu rumah. Sementara ibu dan anak-anak melemparinya dengan kacang itu.

Warisan budaya ini terus terjaga turun temurun, meski tak semua orang melakukannya karena alasan tertentu, misalnya sudah ringgal lama di luar negara Jepang.



Ehoumaki
selain mengusir setan dengan melempar kacang, salah satu adat setsubun yang masih kerap dilakukan adalah memakan ehoumaki (yang artinya gulungan keberuntungan), yaitu sushi dalam bentuk gulungan panjang yang dibalut rumput laut. Saat memakan ehoumaki harus menghadap ke arah mata angin yang sudah ditentukan dan selalu berbeda tiap tahunnya. Sebelum satu gulung ehoumaki habis dimakan, orang yang memakannya tidak boleh berbicara. Dengan memakan ehoumaki diharapkan nasib baik akan datang. Tradisi ini berasal dari Osaka yang bermula di zaman Edo yang hingga kini tetap terjaga bahkan meluas ke seluruh Negeri Matahari Terbit.

ehoumaki
Biasanya, sebulan sebelum setsubun, supermarket sudah menyediakan ehoumaki karena pesanan dipastikan meningkat pesat mengingat memakan ehoumaki lebih mudah dibanding melempar kacang yang membutuhkan peran oni. meski demikian, tak berarti kacang kedelai keberuntungan atau fukumame tidak banyak tersedia. Bahkan ada yang memberikan bonus topeng oni saat membeli fukumame.

Setsubun juga menjadi ajang kegembiraan bagi masyarakat karena para artis dan aktor papan atas, tokoh terkemuka, atlet berprestasi kerap diundang ke beberapa kuil besar, sepertidi kuil Kushida , Fukuoka untuk melakukan mame-maki bersama masyarakat. Berbaur dengan bintang idola tentunya menyenagkan bagi masyarakat. Sementara itu, beberapa kuil Buddha dan Shinto bekerja sama dengan taman kanak-kanak dan tempat penitipan anak mengadakan upacara melempar kacang oleh chigo (anak-anak kecil yang dirias) dan miko (pelayan wanita).

perayaan setsubun di kuil
 Meski setsubun bukan hari libur nasional, namun masyarakat Jepang dengan suka cita selalu melakukan ritual-ritual tersebut di sela-sela aktivias sehari-hari. Bahkan pada hari itu, beberapa hotel dan restoran juga memiliki agenda khusus mengajak masyarakat merayakan tradisi unik itu bersama-sama. Keceriaan dalam acara itu menjadikan semnagat baru bagi mereka, khususnya dalam menjalani pergantian musim.








Sumbe:
Tabloid Halo Jepang! edisi Februari 2017