diri
jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan
kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri. Budaya
harakiri ini adalah tatacara budaya kesatrian (Bushido) yang dilakukan
oleh kaum Samurai. Budaya ini sudah dilakukan sejak abad ke 12 dan mulai
dilarang secara resmi di tahun 1868, walaupun demikian s/d saat ini
masih tetap saja banyak yang mempraktekannya.
Harakiri bukanlah sekedar bunuh diri secara beg
- See more at: http://www.gablenk.com/2012/12/sejarah-seppuku-atau-harakiri.html#sthash.2HqW4qrm.dpuf
diri
jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan
kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri. Budaya
harakiri ini adalah tatacara budaya kesatrian (Bushido) yang dilakukan
oleh kaum Samurai. Budaya ini sudah dilakukan sejak abad ke 12 dan mulai
dilarang secara resmi di tahun 1868, walaupun demikian s/d saat ini
masih tetap saja banyak yang mempraktekannya.
Harakiri bukanlah sekedar bunuh diri secara beg
- See more at: http://www.gablenk.com/2012/12/sejarah-seppuku-atau-harakiri.html#sthash.2HqW4qrm.dpuf
Harakiri
(Hara = perut, Kiru = menusuk) walaupun demikian orang Jepang sendiri
jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan
kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri - See more at:
http://www.gablenk.com/2012/12/sejarah-seppuku-atau-harakiri.html#sthash.2HqW4qrm.dpuf
Harakiri
(Hara = perut, Kiru = menusuk) walaupun demikian orang Jepang sendiri
jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan
kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri - See more at:
http://www.gablenk.com/2012/12/sejarah-seppuku-atau-harakiri.html#sthash.2HqW4qrm.dpuf
Harakiri
(Hara = perut, Kiru = menusuk) walaupun demikian orang Jepang sendiri
jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan
kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri - See more at:
http://www.gablenk.com/2012/12/sejarah-seppuku-atau-harakiri.html#sthash.2HqW4qrm.dpuf
Harakiri
(Hara = perut, Kiru = menusuk) walaupun demikian orang Jepang sendiri
jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan
kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri - See more at:
http://www.gablenk.com/2012/12/sejarah-seppuku-atau-harakiri.html#sthash.2HqW4qrm.dpuf
Pada tradisi Jepang, istilah seppuku lebih formal. Harakiri merupakan istilah yang secara umum dikenal dalam bahasa Inggris, dan sering kali disalah-tuliskan dengan "hari kari'. Di Jepang, kata seppuku digunakan dalam bahasa tulisan sementara harakiri digunakan dalam bahasa lisan.
Harakiri
(Hara = perut, Kiru = menusuk) walaupun demikian orang Jepang sendiri
jarang yang menggunakan kata Harakiri. Mereka lebih senang menggunakan
kata Seppuku yang memiliki arti yang sama dengan Harakiri - See more at:
http://www.gablenk.com/2012/12/sejarah-seppuku-atau-harakiri.html#sthash.2HqW4qrm.dpuf
SEJARAH SEPPUKU
Tindakan seppuku pertama kali dilakukan oleh Minamoto no Yorimasa ketika perang Uji pada tahun 1180. Tindakan seppuku ini banyak dilakukan oleh daimyo (pemimpin tertinggi kaum bushi) yang kalah pada suatu perang atas perintah daimyo yang memenangkan perang tersebut. Tindakan bunuh diri dari daimyo yang kalah ini akan memberikan dampak psikologis bagi pengikutnya, sehingga tidak aka nada lagi perlawanan. Toyotomi Hideyoshi sering menggunakan metode ini untuk melumpuhkan kekuatan musuhnya yang sudah kalah. Peristiwa yang paling dramatis terjadi ketika Hideyoshi berhasil memimpin klan Odawara untuk mengalahkan klan Hojo, keluarga daimyo terkuat di Jepang bagian timur, pada tahun 1590. Saat itu ia memerintahkan Hojo Ujimasa, mantan daimyo dari klan Hojo untuk melakukan seppuku kemudian mengasingkan putranya Ujinao.
Tindakan di mana seseorang menyobek perutnya, sebagai suatu cara membunuh diri. Merupakan unsur yang paling popular dalam mitos samurai. Bagi seorang samurai, membunuh diri adalah lebih baik daripada membiarkan ditangkap, karena sekiranya samurai itu masih hidup dan ditangkap, ia dianggap membawa malu kepada nama keluarga dan raja.
Dalam perkembangannya, seppuku dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan rasa ketidak-setujuannya kepada keputusan penguasa (baik raja maupun pemerintah modern). Kejadian yang terkenal adalah adalah seppuku yang dilakukan oleh sastrawan terkenal Jepang, Mishima Yukio di markas besar tentara Jepang pada tahun 1970 sebagai bentuk protesnya kepada kebijakan pemerintah pada masa itu.
PROSES SEPPUKU
Pada zaman Edo, seppuku telah menjadi sebagai salah satu upacara terhormat dalam kebudayaan Jepang. Mula-mula, karpet tatami putih akan dikeluarkan, kemudian satu bantal yang besar akan diletakkan di atasnya . Para saksi pembunuhan akan berdiri di sebelah samurai tersebut (pelaku seppuku), bergantung kepada pentingnya kematian (sebagai satu nilai penghormatan kepada pelaku seppuku). Samurai yang menjalani seppuku, memakai baju kimono putih, akan duduk berlutut (seiza) di atas bantal tersebut. Di sebelah kiri, pada jarak kira-kira satu meter dari samurai tersebut, seorang kaishakunin, atau `kedua’ akan turut berlutut. Kaishakunin atau `Kedua’ adalah sahabat akrab kepada samurai yang telah meninggal kerana melakukan seppuku. Karena perbuatan ini dianggap tidak senonoh dan amat memalukan (tabu), maka hanya orang-orang yang layak dan terpilih (berkesanggupan untuk melakukan tugas membantu) saja yang akan menjadi kaishakunin.
Apabila dia telah bersedia, dia akan mengarahkan mata pisau tersebut pada sebelah kiri perut, dan menggoreskannya ke kanan. Selepas itu, pisau tersebut akan diputar dalam keadaan masih terbenam di dalam perut dan ditarik ke atas. Kebanyakan samurai tidak sanggup lagi untuk melakukan tindakan ini, maka ketika inilah kaishakunin (artinya kedua) akan memenggal kepala samurai tersebut setelah melihat sejauh mana kesakitan yang terpapar pada wajahnya.
Tindakan yang dilakukan sampai selesai dikenali sebagai jumonji (crosswise), sayatan bintang, dan seandainya samurai (pelaku seppuku) dapat melakukannya, maka seppuku yang dilakukannya dianggap amat bernilai dan disanjung tinggi. Seppuku juga mempunyai nama-nama tertentu, bergantung kepada fungsi atau sebab melakukannya: