Wednesday, August 30, 2017

Nagoya Institute of Technology (NiTech)





Sebagai kampus teknik pertama di Jepang Tengah, Nagoya Institute of Technology atau NiTech terus mengembangkan ilmu dan teknologi tanpa melupakan tradisi. Kesungguhan dalam memadukan kemajuan teknologi dan tradisi ini menjadi salah satu daya tarik kampus tersebut.
Nama resmi kampus ini sejak 1 April 2014 adalah Nagoya University Corporation Nagoya Institute of Technology. Sejarah berdirinya NiTech dimulai pada 1905 saat berdiri Nagoya Higher Technical School. Pada 1944, sekolah tersebut ditingkatkan statusnya menjadi Nagoya College of Technology. Lima tahun kemudian, di bawah sistem pendidikan baru, kampus ini bergabung dengan Aichi Prefectural College of Technology menjadi Nagoya Institute of Technology. Inilah kampus teknik pertama di Jepang Tengah.

Pendirian kampus teknik di Nagoya dimaksudkan untuk mengembangkan industry di kawasan tersebut. Nagoya adalah daerah terbesar ketiga di Jepang di mana industrinya berkembang pesat. Industri otomotif yang yang berbasis di Nagoya adalha Toyota, Denso, kantor pusat Mitsubishi, pabrik busi NGK dan Nippon Sharyo. Bahkan, pabrik kereta api cepat Shinkansen juga berada di sini. Selain industry otomotif, berkembang pula industry penerbangan, keramik, robot, ritel sampai kerajinan tangan.

Menghadapi pesatnya kemajuan sains dan teknologi di wilayah ini, presiden NiTech Ukai Hiroyuki melalui situs resmi kampus menegaskan, NiTech akan memulai peran baru di tingkat global yang tetap berlandaskan tradisi. Setidaknya, ada tiga langkah. Pertama, pendidikan harus mampu melahirkan ahli teknik yang mumpuni tetapi tetap mengerti sejarah, budaya, dan tradisi. Mereka harus bisa melahirkan masyarakat baru dengan perspektif global. Untuk menciptakan hal itu, pada April 2016, NiTech membuat departemen baru yakni Creative Engineering Program.

Kedua, menjadikan NiTech sebagai pusat penelitian rekayasa teknologi  yang berkontribusi terhadap kedamaian dan kesejahteraan. Untuk mencapai tujuan itu, NiTech membangun pusat penelitian baru, Frontier Research Institute for Materials Science dan Frontier Research Institute for Information Science yang diharapkan bias menjadi pusat penelitian internasional.

Langkah ketiga adalah menciptakan kampus di mana orang-orang dari latar belakang budaya berbeda bekerja dalam sebuah harmoni. Untuk itu, NiTech senantiasa menghadirkan mahasiswa dan staf pengajar asing melalui berbagai program seperti pertukaran mahasiswa dan penelitian bersama.


Bahasa
Ambisi NiTech untuk menjadi kampus bertaraf internasional sudah dirintis. Mereka mulai bermitra dengan kampus asing sejak 2007. Pada 2007 Nitech hanya memiliki kerja sama dengan 22 negara dan 43 universitas atau fakultas. Jumlah itu terus meningkat. Pada 2016 sudah ada perjanjian kerja sama dengan 28 negara dan 72 perjanjian dengan universtas dan fakultas. Pada 1 Juni 2017, perjajanjian kerja sama sudah bertambah menjadi 58 kerja sama antar universitas, 20 perjajian tingkat fakultas /departemen dari 31 negara.

Negara mitra NiTech tersebar di Asia, Oseania, Eropa, Amerika Utara serta Amerika Selatan. Kerja sama terbanyak dilakukan dengan kampus di Asia, yakni 41 perjanjian. Kerja sama dengan kampus di Eropa tercatat 25 perjanjian. Sementara dengan kampus di Amerika Utara hanya tiga perjanjian, dan kampus di Amerika Selatan hanya dua kerja sama. Mitra NiTech di Oseania hanya satu kampus. 

Lembaga pendidikan di Indonesia yang bermitra dengan NiTech adalah Universitas Udayana, Bali.
Karena mayoritas kerja sama dilakukan dengan kampus di Asia, jumlah mahasiswa asing asal Asia sangat dominan. Pada 2016, tercatat 269 mahasiswa asal Asia, sementara jumlah mahasiswa asing asal Afrika berjumlah 10 orang, Amerika Latin 5 orang , Eropa 7 orang, dan tak ada mahasiswa asal Oseania. Dalam sepuluh tahun terakhir, hanya satu mahasiswa Oseania yang belajar di NiTech (2014). Total mahasiswa asing di NiTech pada 2016 berjumlah 291 orang.



Sumber:
Tabloid Halo Jepang! Edisi Agustus 2017