Baju tradisional Jepang ini ternyata memiliki banyak jenis sesuai dengan tingkatan keformalannya.
Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri.
Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri.
1. Tomesode
Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Istilah tomesode berasal tradisi wanita yang sudah menikah atau sudah menjalani genbuku untuk memperpendek lengan furisode yang dikenakannya semasa gadis. Menurut urutan tingkat formalitas, tomesode adalah pakaian paling formal setara dengan baju malam. Tomesode ada dua jenis, yaitu: kurotomesode (tomesode hitam) dan irotomesode (tomesode warna).
Kurotomesode (黒留袖)
Kurotomesode hanya dipakai sebagai pakaian formal untuk menghadiri pesta pernikahan keluarga atau acara-acara yang sangat resmi. bahan untuk kurotomesode adalah kain krep hitam tanpa motif tenun. Corak pertanda keberuntungan seperti burung jenjang atau seruni berada pada bagian bawah kimono. Posisi corak kain disesuaikan dengan usia pemakai, semakin berumur pemakainya, corak kain makin diletakkan di bawah. Kurotomesode memiliki lambang keluarga ( kamon ) di tiga tempat (lima buah) : Di punggung, Di dada bagian atas ( kanan / kiri ), dan Di bagian belakang lengan ( kanan / kiri ). Ciri khas kurotomesode adalah motif indah padasuso ( bagian bawah sekitar kaki ) depan dan belakang.
kurotomesode
Irotomesode
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode.Berbeda dengan kurotomesode, irotomesode tidak selalu harus dihiasi lima buah lambang keluarga. Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Irotomesode dikenakan sebagai pakaian formal sewaktu diundang ke pesta pernikahan sanak keluarga, pesta dan upacara resmi. Kain untuk irotomesode bisa berupa kain krep tanpa motif tenun atau kain krep dengan motif tenun seperti monishō, rinzu, dan shusuji.
Tomesode yang dibuat dari kain berwarna disebut irotomesode.Berbeda dengan kurotomesode, irotomesode tidak selalu harus dihiasi lima buah lambang keluarga. Bergantung kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang sangat formal. Irotomesode dikenakan sebagai pakaian formal sewaktu diundang ke pesta pernikahan sanak keluarga, pesta dan upacara resmi. Kain untuk irotomesode bisa berupa kain krep tanpa motif tenun atau kain krep dengan motif tenun seperti monishō, rinzu, dan shusuji.
Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah / belum menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana kaisar. Hitam yang merupakan warna duka merupakan alasan tidak dipakainya kurotomesode. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif indah pada suso.
2. Furisode
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsu mode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.
Furisode adalah kimono paling formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau hatsu mode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah satu jenis furisode.
berdasarkan lebar tangan furisode dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- ōburisode (furisode besar, lebar lengan sekitar 114 cm)
- hūburisode (furisode sedang, lebar lengan dari 90 cm hingga sekitar 102 cm)
- koburisode (furisode kecil, lebar lengan dari 70 cm hingga sekitar 80 cm)
Bukaan di bagian lengan kimono yang berdekatan dengan ketiak disebut furiyatsuguchi Bukaan tersebut sengaja tidak dijahit hingga membentuk kantong lengan baju yang disebut tamoto hingga ke bagian ujung lengan kimono. Lebar tamoto pada furisode bisa mencapai 114 cm atau menjuntai hingga sekitar pergelangan kaki.Menurut urutan tingkat formalitas, furisode adalah kimono paling formal setara dengan kurotomesode, irotomesode, dan homongi.
furisode |
furisode |
furisode |
3. Homongi
Hōmon-gi ( 訪 問 着 , arti harfiah: baju untuk berkunjung ) adalah kimono formal untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Menurut urutan tingkat formalitas, homongi berada setingkat di bawah irotomesode.
Pemakainya bebas memilih untuk memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi adalah eba , yaitu corak kain yang saling bertemu perpotongan kain (bagian jahit kimono). Bila sehelai homongi dibeberkan, maka corak kain akan membentuk sebuah gambar utuh. Homongi dipakai sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan tahun baru.
4. Iromuji (色無地)
Iromuji adalah kimono semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki lambang keluarga ( kamon ). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat ( bagian punggung, bagian lengan, dan bagian dada ). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut. Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji dengan satu lambang keluarga.
5. Tsukesage
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.
Tsukesage adalah kimono semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau merayakan tahun baru.
6. Komon (小紋)
Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah motif sederhana dan berukuran kecil- kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau menonton pertunjukan di gedung.
komon |
komon |
7. Tsumugi (紬)
Tsumugi adalah kimono santai untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah. Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal dan kasar. Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja di ladang.
8. Yukata
Yukata ( 浴衣, baju sesudah mandi ) adalah jenis kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam berendam dengan air panas. Menurut urutan tingkat formalitas, yukata adalah kimono nonformal yang dipakai pria dan wanita pada kesempatan santai di musim panas, misalnya sewaktu melihat pesta kembang api, matsuri ( ennichi ), atau menari pada perayaan obon. Yukata dapat dipakai siapa saja tanpa mengenal status, wanita sudah menikah atau belum menikah.
Musim panas berarti musim pesta kembang api dan matsuri di Jepang. Jika terlihat orang memakai yukata, berarti tidak jauh dari tempat itu ada matsuri atau pesta kembang api.
Yukata ( 浴衣, baju sesudah mandi ) adalah jenis kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam berendam dengan air panas. Menurut urutan tingkat formalitas, yukata adalah kimono nonformal yang dipakai pria dan wanita pada kesempatan santai di musim panas, misalnya sewaktu melihat pesta kembang api, matsuri ( ennichi ), atau menari pada perayaan obon. Yukata dapat dipakai siapa saja tanpa mengenal status, wanita sudah menikah atau belum menikah.
Musim panas berarti musim pesta kembang api dan matsuri di Jepang. Jika terlihat orang memakai yukata, berarti tidak jauh dari tempat itu ada matsuri atau pesta kembang api.
yukata laki-laki dan perempuan |
yukata laki-laki |
yukata laki-laki dan perempuan |
yukata perempuan |
9. Uchikake