Sebagai kampus teknik pertama di Jepang Tengah, Nagoya
Institute of Technology atau NiTech terus mengembangkan ilmu dan teknologi
tanpa melupakan tradisi. Kesungguhan dalam memadukan kemajuan teknologi dan
tradisi ini menjadi salah satu daya tarik kampus tersebut.
Nama resmi kampus ini sejak 1 April 2014 adalah Nagoya
University Corporation Nagoya Institute of Technology. Sejarah berdirinya
NiTech dimulai pada 1905 saat berdiri Nagoya Higher Technical School. Pada
1944, sekolah tersebut ditingkatkan statusnya menjadi Nagoya College of
Technology. Lima tahun kemudian, di bawah sistem pendidikan baru, kampus ini
bergabung dengan Aichi Prefectural College of Technology menjadi Nagoya
Institute of Technology. Inilah kampus teknik pertama di Jepang Tengah.
Pendirian kampus teknik di Nagoya dimaksudkan untuk
mengembangkan industry di kawasan tersebut. Nagoya adalah daerah terbesar
ketiga di Jepang di mana industrinya berkembang pesat. Industri otomotif yang
yang berbasis di Nagoya adalha Toyota, Denso, kantor pusat Mitsubishi, pabrik
busi NGK dan Nippon Sharyo. Bahkan, pabrik kereta api cepat Shinkansen juga
berada di sini. Selain industry otomotif, berkembang pula industry penerbangan,
keramik, robot, ritel sampai kerajinan tangan.
Menghadapi pesatnya kemajuan sains dan teknologi di wilayah
ini, presiden NiTech Ukai Hiroyuki melalui situs resmi kampus menegaskan,
NiTech akan memulai peran baru di tingkat global yang tetap berlandaskan
tradisi. Setidaknya, ada tiga langkah. Pertama, pendidikan harus mampu
melahirkan ahli teknik yang mumpuni tetapi tetap mengerti sejarah, budaya, dan
tradisi. Mereka harus bisa melahirkan masyarakat baru dengan perspektif global.
Untuk menciptakan hal itu, pada April 2016, NiTech membuat departemen baru
yakni Creative Engineering Program.
Kedua, menjadikan NiTech sebagai pusat penelitian rekayasa
teknologi yang berkontribusi terhadap
kedamaian dan kesejahteraan. Untuk mencapai tujuan itu, NiTech membangun pusat
penelitian baru, Frontier Research Institute for Materials Science dan Frontier
Research Institute for Information Science yang diharapkan bias menjadi pusat
penelitian internasional.
Langkah ketiga adalah menciptakan kampus di mana orang-orang
dari latar belakang budaya berbeda bekerja dalam sebuah harmoni. Untuk itu,
NiTech senantiasa menghadirkan mahasiswa dan staf pengajar asing melalui
berbagai program seperti pertukaran mahasiswa dan penelitian bersama.
Bahasa
Ambisi NiTech untuk menjadi kampus bertaraf internasional
sudah dirintis. Mereka mulai bermitra dengan kampus asing sejak 2007. Pada 2007
Nitech hanya memiliki kerja sama dengan 22 negara dan 43 universitas atau
fakultas. Jumlah itu terus meningkat. Pada 2016 sudah ada perjanjian kerja sama
dengan 28 negara dan 72 perjanjian dengan universtas dan fakultas. Pada 1 Juni
2017, perjajanjian kerja sama sudah bertambah menjadi 58 kerja sama antar
universitas, 20 perjajian tingkat fakultas /departemen dari 31 negara.
Negara mitra NiTech tersebar di Asia, Oseania, Eropa,
Amerika Utara serta Amerika Selatan. Kerja sama terbanyak dilakukan dengan
kampus di Asia, yakni 41 perjanjian. Kerja sama dengan kampus di Eropa tercatat
25 perjanjian. Sementara dengan kampus di Amerika Utara hanya tiga perjanjian,
dan kampus di Amerika Selatan hanya dua kerja sama. Mitra NiTech di Oseania
hanya satu kampus.
Lembaga pendidikan di Indonesia yang bermitra dengan NiTech
adalah Universitas Udayana, Bali.
Karena mayoritas kerja sama dilakukan dengan kampus di Asia,
jumlah mahasiswa asing asal Asia sangat dominan. Pada 2016, tercatat 269
mahasiswa asal Asia, sementara jumlah mahasiswa asing asal Afrika berjumlah 10
orang, Amerika Latin 5 orang , Eropa 7 orang, dan tak ada mahasiswa asal
Oseania. Dalam sepuluh tahun terakhir, hanya satu mahasiswa Oseania yang
belajar di NiTech (2014). Total mahasiswa asing di NiTech pada 2016 berjumlah
291 orang.
Sumber:
Tabloid Halo Jepang! Edisi Agustus 2017