Abe Tomoji merupakan sastrawan lulusan Tokyo Daigaku jurusan Bahasa Inggris. Ia datang ke Indonesia sebagai propaganda Jepang pada usia 39 tahun bersama sastrawan Jepang Kitahara Takeo dan pelukis/ kartunis Ono Saseo. Ia merasa sangat beruntung saat terpilih sebagai barisan propaganda. Di Indonesia, ia merasakan seorang sastrawan yang sangat terkenal pun kedudukannya sama dengan rakyat biasa.
Pada saat itu, kota yang menarik di Asia hanya Shanghai dan Batavia. Tentu saja Abe Tomoji sangat beruntung bisa mengunjungi negara yang dijajah oleh bangsa Eropa. Abe Tomoji yang saat itu merasa bahwa Jawa adalah surga dunia, menuangkan pikiran tersebut pada sebuah novel.
Setahun setelah kedatangannya di Jawa, ia menulis sebuah cerita bersambung di majalah yang berjudul tabi bito yang menceritakan hubungan antara Jepang dan Belanda. Novel-novel yang ditulis oleh Abe Tomoji terkenal sangat historis, dan bagusnya tulisan Abe Tomoji konon membuat bangsa Jepang menjajah Indonesia. Novel-novel yang ditulis oleh Abe Tomoji di antaranya, shi no hana, tsumi no hi, saru, dan alamanda. Novel Saru menggunakan kebun binatang Surabaya sebagai settingnya.
Pada bulan Mei 1942, ia bersama Ono Saseo melakukan perjalanan ke Bogor, Batavia, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Malang, Semarang, dan Cirebon. Perjalanan Abe Tomoji ke Selekta, Malang, dituangkan ke dalam sebuah novel Shi no Hana.
Simpulan yang dapat ditarik dari karya sastra Abe Tomoji adalah:
1. Bagaimana ia merasa bertanggung jawab terhadap terjadinya perang-perang di Indonesia.
2. Bagaimana ia merasa berdosa telah berhubungan intim dengan banyak wanita.
3. Bagaimana ia melihat sastrawan Jepang mengomentari pengamatan tentang budaya.