Thursday, January 5, 2017

Makhluk Mitologi Dalam Budaya Jepang

Folklore atau mitologi selalu ada di hampir semua negara. Bagi masyarakat Jepang sendiri juga tak lepas dari pengaruh dewa dewi dan makhluk-makhluk mitologi dalam budaya mereka.

1. Kappa



Bagi penggemar karya sastra Akutagawa Ryuunosuke pasti tidak asing dengan makhluk ini. Kappa merupakan salah satu judul novel fenomenal Akutagawa Ryunosuku. Dalam agama Shinto dan mitologi Jepang, Kappa disebut sebagai salah satu dewa air (suinjin)  yang berwujud seperti manusia kerdil dengan kulit bersisik seperti reptil berwarna hijau, kuning, atau biru, berparuh, dan bertempurung. Ciri khas Kappa adalah cekungan mirip piring yang sedikit berambut yang ada di atas kepalanya dan selalu basah karena itulah sumber kekuatannya. Jika cekungan itu kering ia bisa mengering bahkan mati.
Kappa biasanya minum darah, tetapi tergantung apakah dia baik atau jahat. Kappa suka mentimun, dan apabila ada keluarga yang ingin dulindungi Kappa atau ingin menghindari kesialan, mereka biasanya menulis nama mereka dia mentimun dan melemparnya ke kolam Kappa. Makhluk ini dikenal sopan dan selalu menepati janji. Di dalam cerita rakyat Jepang ada banyak versi Kappa yang berbeda. Ada Kappa bermata satu, Kappa berbulu, Kappa penakut dan Kappa pendaki gunung. Ada juga yang mengatakan jika Kappa dikenal suka menculik anak-anak yang bermain di sungai dan memakan habis-habis isi dalam tubuhnya.



2. Amaterasu, Tsukuyomi, dan Susanoo

Amaterasu atau dewi matahari pertama kali disebutkan dalam sebuah kisah catatan tertua mengenai mitologi Jepang yaitu di Kojiki dan Nihon Shoki. Mitologi Jepang Amaterasu yang ada dalam catatan tersebut menjelaskan bahwa Amaterasu adalah kakak dari Tsukuyomi (dewa bulan) dan Susanoo (dewa badai yang ada di laut). Mereka bertiga terlahir dari Izanagi (dewa pencipta pulau Jepang) sebagai 3 dewa terakhir saat melakukan ritual pembersihan diri. Amaterasu lahir saat Izanagi membasuh mata kiri, Tsukuyomi lahir saat membasuh mata kanan, dan Susanoo lahir saat mambasuh hidungnya.



3. Binbougami

Dalam mitologi Jepang kuno, Binbougami disebut sebagai dewa kemiskinan. Orang Jepang percaya jika rumah mereka dimasuki Binbougami maka orang-orang yang tinggal di rumah tersebut akan dilanda kemiskinan dan kesengsaraan. Dalam mitologi Jepang, Binbougami digambarkan sebagai sosok laki-laki tua yang sangat kurus dan selalu membawa kipas di tangannya.



4. Shinigami

Hampir semua orang di berbagai negara mempercayai adanya dewa kematian yang dipercaya menjemput kita ketika ajal tiba. Dewa kematian mempunyai banyak sebutan seperti dewa maut, grim reaper, osiris, dan sebutan shinigami bagi orang Jepang. Dalam kepercayaan Shinto dan mitologi Jepang kuno menyebutkan bahwa Izanami (istri dari Izanagi) yang memberikan kematian pada manusia. Jadi, terkadang Izanami sering disebut sebagai Shinigami oleh orang Jepang.



5. Tengu


Tengu adalah dewa penunggu gunung yang berwujud separuh burung dan separuh manusia. TEngu digambarkan sebagai makhluk yang pemarah, berwajah merah, berhidung panjang, memiliki sepasang sayap, serta kuku kaki dan tangan yang sangat pajang. Dalam Konjaku Monogatari, Tengu dikisahkan sebagai makhluk yang pekerjaannya  menentang ajaran Budha. Salah satu bentuk penentangannya adalah dia akan menyamar sebagai pendeta atau biarawatilalu mebawa terbang biarawan lain yang lewat dan membuangnya ke tempat terpencil.
Tengu bisa terbang bebas di angkasa sambil tongkat yang disebut Kongozue, pedang besar (Tachi), dan kipas berbentuk daun (Hauciwa). Nama lainnya adalah Gehō-sama (外法様 ,tuan sihir).
Dalam bahasa Jepang dikenal ungkapan Tengu ni naru yang berarti “sangat bangga dengan diri sendiri”. Ungkapan ini kemungkinan berasal dari ungkapan “hana ga takai” (hidungnya tinggi).



6. Kitsune 


Kitsune adalah sebutan untuk binatang rubah dalam bahasa Jepang. Dalam cerita rakyat Jepang, rubah sering diampilkan dalam berbagai cerita sebagai makhluk cerdas dengan kemampuan sihirnya yan sempurna sejalan dengan semakin tua dan semakin bijak rubah tersebut. Selain itu rubah dapat berubah bentuk menjadi manusia. Dalam legenda, rubah sering diceritakan sebagai penjaga yang setia, teman, kekasih atau istri, walau sering terdapat kisah rubah yang menipu manusia. Di zaman Jepang kuno, rubah dan manusia hidup saling berdekatan sehingga legenda tentang kitsune muncul dari persahabatan antara manusia dan rubah. Dalam kepercayaan Shinto, kitsune disebut Inari yang bertugas sebagai pembawa pesan dari Kami. Semakin banyak ekor yang dimiliki kitsune (kitsune bisa memiliki sampai 9 ekor), maka semakin tua, semakin bijak, dan semakin kuat pula kitsune tersebut. Sebagian orang memberi persembahan untuk kitsune karena dianggap memiliki kekuatan gaib.







 sumber:
http://hermawayne.blogspot.co.id/2010/12/10-makhluk-teraneh-dalam-mitologi.html
http://www.sabisaku.com/budaya/dewa-dan-makhluk-mitologi-jepang-terkenal/
https://www.akibanation.com/6-mahluk-mitologi-jepang-paling-mengerikan/



0 comments:

Post a Comment