Hampir setiap matsuri (festival) yang digelar di seluruh
penjuru Negeri Sakura selalu menghadirkan mikoshi. Kuil mini atau portable tersebut biasanya dihias indah
dan digotong ramai-ramai, menjadikannya momen sangat menarik di berbagai acara
yang ditandai kemeriahan massal.
Mikoshi kerap disebut juga sebagai omikoshi, ada juga yang
menyebutnya shin’yo. Dalam buku NHK no Tsubo
Mikoshi dijelaskan bahwa kata itu menggambarkan replica dari kuil Shinto.
Ciri khasnya adalah tori (gerbang masuk yang terbuat dari kayu).
Atap mikoshi ditandai dengan ukiran burung houou, sejenis
rajawali yang membuat mikoshi terihat gagah. Diperlukan keahlian khusus untuk
membuat mikoshi karena sifatnya yang sarat detil dan keharusannya untuk
terlihat elegan. Itu sebabnya mikoshi kerap dianggap sebagai bunga (bagian
paling menawan dari setiap matsuri.
Kuil mini ini biasanya terbuat dari kayu yang dipernis hitam.
Selain itu ada bilah kayu yang dipasang sejajar dan berfungsi sebagai pemikul.
Ada juga bagian badan, atap dan alas yang juga menjadi semacam penyangga bagi
badan. Badan sendiri biasanya berbentuk persegi, heksagonal atau oktagonal.
Berdasarkan sejarahnya, para pengikut Shinto percaya bahwa
mikoshi berfungsi sebagai kendaraan untuk mengangkut para dewa di Jepang saat
menuju kuil utama dan kuil lain selama festival atau saat pindah ke kuil baru.
Meski tak pernah dijelaskan dari mana asal usulnya, namun pada zaman Heian (794
– sekitar 1185), mikoshi mulai dipakai di seluruh Jepang sebagai sarana
transportasi untuk “mengantar” para dewa mengunjungi matsuri. Karena memanggul
mikoshi dipercaya akan mendatangkan kebahagiaan, rezeki, dan kesejahteraan.
Mikoshi juga merupakan hal vital dalam setiap festival di jepang, yang berarti
tak boleh absen.
Masyarakat Jepang tentu saja tak pernah tak antusias dalam
urusan panggul memangguk ini. Salah satu laman rocketnews24.com menyebut bahwa setiap prefektur mempunyai warga
yang pernah menjadi pemanggul mikoshi. Bahkan ada lelaki yang mempunyai tanda
kapalan di bahu saking seringnya memanggul kuil mini nan apik ini. Tak
seorangpun megaku kapok dan menyatakan
akan terus siap selagi mampu untuk memanggul mikoshi lagi dan lagi. Hal ini
merupakan refleksi dari dedikasi mereka pada kepercayaan Shinto dan
komunitasnya, para dewa serta kuilnya.
Beragam
Dalam setiap matsuri
ada beragam ukuran mikoshi. Ada yang kecil dan ada yang besar. Yang
besar bobotnya bias lebih dari satu ton sehingga perlu puluhan orang untuk
memanggulnya. Belakangan ada juga yang diangkut dengan kereta dorong sehingga
tak memerlukan terlalu banyak orang.
mikoshi yang diangkut kereta dorong |
mikoshi yang diangkut kereta dorong |
Kini pemanggul bisa lelaki, bisa pula perempuan biasa.
Sebelumya, mereka –disebut katsugite – hanya para penganut kepercayaan Shinto.
Saat “bertugas” mereka kerap mengenakan pakaian tradisional atau seragam unik.
Untuk menyemangati biasanya para pemanggul
meneriakkan yel-yel dan irama tertentu. Ada kalanya mkoshi dengan bobot
ringan juga dihadirkan dalam matsuri agar bisa diangkat anak-anak. Dengan cara
ini, bahkan sejak usia dini, anak-anak akan terbiasa dengan prosesi
panggul-memanggul ini.
para wanita pemanggul mikoshi mengenakan pakaian unik |
para wanita pemanggul mikoshi mengenakan pakaian unik |
anak-anak turut serta memanggul mikoshi |
Di Jepang ada beberapa festival yang terkenal karena
keindahan mikoshinya. Di aintaranya, festival Takayama di mana kuil mini ini
terlihat sangat mempesona karena dibuat oleh tangan-tangan terampil di Hida.
Saat malam tiba, replika kuil tersebut akan dihiasi lentera menyala yang
perlahan-lahan menerangi kota. Keindahannya sungguh fantastis. Dalam kesempatan
ini, semua pemanggul mengenakan kimono tradisional. Festival yang disebut-sebut
sebagai tiga festival terindah di Jepang ini digelar dua kali yaitu saat musim
semi dan musim gugur.
mikoshi di Festival Takayama yang indah dan megah |
Mikoshi super atraktif juga ada di Festival Hana,
prefektur Gifu, karena aneka hiasan sakura dari kertas washi. Biasanya, tarian
Hana Mikoshi yang energik dan bertenaga juga mengiringi.
Selain itu ada Sanja Matsuri yang kerap ditunggu-tunggu
karena mikoshinya yang amat berat, lebih dari satu ton dan akan mengelilingi
Asakusa selama tiga hari. Setiap tahun sampai 1,5 juta orang hadir dalam keriaan
ini.
Sumber:
Tabloid Halo Jepang! Edisi Oktober 2017
1 comments:
wah informasinya bagus sekali menambah pengetahuan
cara pakai ovo
Post a Comment