Friday, November 13, 2009

Biografi Ryūnosuke Akutagawa





200px-Akutagawa_Ryunosuke_photo

Ryūnosuke Akutagawa adalah seorang penulis Jepang yang aktif pada periode sho. Dia dikenal sebagai bapak Cerita Pendek Jepang. dan perhatiannya adalah kisah-kisah yang mengeksplorasi sisi gelap manusia.
Akutagawa lahir di distrik Kyobashi di Tokyo, anak dari seorang tukang susu (Toshizô Shinbara). Ibunya (Fuku Shinbara) mengalami gangguan kejiwaan tak lama setelah melahirkan Akutagawa. Karena ayahnya tidak bisa untuk merawat Akutagawa, akhirnya ia dititipkan kepada pamannya, Akutagawa Dosho, dari pamannya inilah ia mendapatkan nama keluarga Akutagawa. Dia sangat tertarik dengan sastra klasik China pada masa-masa awal. Mori Ogai dan Natsume Soseki telah menjadi penulis yanng berpengaruh semasa masa pertumbuhan Akutagawa.

Akutagawa memasuki sekolah pertamanya pada 1910, dan membangun pertemanan dengan Kikuchi Kan, Kume Masao, Yamamoto Yûzô, and Tsuchiya Bunmei, semuanya kelak menjadi penulis terkenal. Dia mulai menulis setelah memasuki Tokyo Imperial University pada 1913, di mana dia mempelajari kesusastraan Inggris.

Ia menikah dengan Fumi Tsukamoto pada tahun 1918, dan memilki tiga anak: Hiroshi Akutagawa (1920-1981), aktor terkenal, Takashi Akutagawa (1922-1945), terbunuh pada Perang Dunia II, dan Yasushi Akutagawa (1925-1989), seorang kompposer.

Akutagawa mulai menulis fiksi semasa di universitas. Karya sastra pertamanya (1914) adalah terjemahan dari karya Anatole France, Balthasar (1889). Bersama dengan dengan teman-temannya, Kikuchi Kan DAN Kumé Masao, dia mendirikan majalah sastra Shin Shicho, di mana dia mempublikasikan ”Rashomon” (atau ”The Rasho Gate”, 1915). Novelis Natsume Soseki, sangat tertarik dengan hasil karya Natsume Soseki dan mendorongnya dalam menulis.

Setelah lulus, Akutagawa mengajar di sekolah pelayaran di Yokosuka dan menikahi Tsukamoto Fumiko. Akutagawa sebenarnya ingin memusatkan diri pada sastra sepenuhnya dan menolak ajakan untuk mengajar di universitas Tokyo dan Kyoto. Akhirnya dia mengundurkan diri dan menjadi kontributor tetap koran Osaka Mainichi. Pada masa-masa aktifnya pada 1921 Akutagawa berkunjung ke China sebagai koresponden, namun, karena alasan kesehatan, dia tidak dapat menulis artikel apapun di sana. Ia mendapat bimbingan dari Natsume Soseki setelah Soseki mengetahui bakat Akutagawa dalam penulisan.

Akutagawa menulis hampir semua karya utamanya pada sepuluh tahun sebelum ia bunuh diri. Akutagawa adalah murid Soseki yang berbakat, yang memulai karirnya di majalah Shinshichoo. Soseki memberikan pujian kepada Akutagawa dengan karyanya Hana, sebuah novel satire yang mengambil bahan dari cerita klasik. Untuk menciptakan suatu novel, Akutagawa mengutamakan pengambilan bahan dari cerita yang berlatar belakang sejarah atau cerita klasik, kemudian diolah dengan baik sehingga akhirnya lahirlah sebuah novel baru dengan penafsiran yang baru pula. Di antara novel seperti itu adalah Rashomon, Gesaku Zanmai, Karenoshoo dan Yabu no Naka. Dia mempunyai keahlian untuk mengubah realitas, sehingga dia dijuluki grup cendekiawan atau neo realisme.

Akutagawa sangat familiar dengan Kesusastraan Eropa dan China. Dia pelanggan tetap Maruzen, publikasi berbahasa asing di Tokyo, dan tertarik dengan penulis barat seperti Strindberg, Mérimée, Nietzsche, Dostoevsky, Baudelaire, dan Tolstoy. Meski Akutagawa belum pernah berkunjung ke Barat, namun pengetahuannya akan kesusastraan Barat sangat luas.

Karya terakhir Akutagawa yang tidak bisa dianggap remeh adalah Kappa (1927) berkisah tentang seseorang yang tersesat ke negeri Kappa, sosok dalam mitos dan folklor masyarakat Jepang. Kappa adalah karya Satir yang dalam beberapa sisi memperlihatkan sisi kejiwaan Akutagawa yang tidak stabil dan mengalami gangguan. Diakhir hidupnya dia tidak bisa mengikuti dan menyesuaikan diri dengan dunia sekelilingnya. Pada masa-masa ini dia sering mengalami halusinasi dan mencoba untuk bunuh diri. Dia menulis Kappa, Haguruma dan lain-lain dalam keraguan terhadap dirinya dan dalam penderitaan jiwa. Hatinya yang tersiksa oleh tekanan jiwa dilampiaskan ke dalam karya-karyanya. Akhirnya, pada 24 Juli 1927, Akutagawa mengakhiri hidupnya sendiri. Kappa adalah cerita satir yang merupakan kekecewaan Akutagawa terhadap masyarakat Jepang pada masa itu. Untuk menghormati pencapaian dan prestasi Akutagawa dalam kesusastraan Jepang, namanya diabadikan menjadi sebuah penghargaan bergengsi untuk kesusastraan Jepang, Akutagawa Prize.

Akutagawa menulis sekitar 150 cerita, beberapa sudah pernah difilmkan. ‘Rashomon’ adalah salah satu karyanya yang sangat terkenal. Akira Kurosawa memfilmkan Rashomon dari karya Akutagawa. Keduanya, baik buku dan filmnya mendapat pengakuan luas di dunia.

Karya-karya terpilih Ryunosuke Akutagawa adalah
‘Rashomon’, 1915,
 ‘Hana’, 1916 – The Nose,
‘Imogayu’, 1916,
 ‘Ogata Kanzai no oboegaki’, 1917 – Ogata Ryosai’s Memo,
‘Aru hi no Oishi Kuranosuke’, 1917 – A Day in the Life of Oishi Kuranosuke,
‘Karenosho’, 1918 – From Withered Fields,
‘Kumo no ito’, 1918 – The Spider’s Thread,
‘Jigoku hen’, 1918 – The Hell Screen,
‘Hokyonin no shi’, 1918 – Death of a Christian,
‘Kirinutsohoro shonin-den’, 1919 – The Story of St. Christopher,
‘Aki’, 1920 – Autumn,
‘Butokai’, 1920 – The Ball,
‘Koshoku’, 1921 – Lechery,
‘Yabu no naka’, 1922 – In a Grove,
‘Hina’, 1923,
‘Shuju no kotoba’, 1923-25 – Words of a Dwarf,
‘Daidoji Shinsuke no hansei’, 1925 – The Early Life of Daidoji Shinsuke, Ume, uma, uguisu, 1926, ‘Genkaku sanbo’, 1927 – The House of Genkaku,
Kappa, 1927 – Kappa: A Novel,
‘Haguruma’, 1927 – Cogwheels, Bungeiteki na, amari bungeiteki na, 1927,
‘Aru ahö no issho’, 1927 – The Life of a Fool,
‘Seiho no hito’, 1927 – Man of the West, Tales of Grotesque and Curious, Akutagawa Ryunosuke Zenshu, 1934-35 (10 seri),
The Three Treasures and Other Stories for Children, 1944 (trans. by Sasaki Takamasa),
 Rashomon and Other Stories, 1952,
Japanese Short Stories, 1961,
Tu Tze-chun, 1964,
A Fools Life, 1970.



 ( dari berbagai sumber)

0 comments:

Post a Comment