Wednesday, February 22, 2017

The University of Kitakyushu (Universitas Kitakyushu)



Gedung Fakultas Teknik Lingkungan

Ketika isu lingkungan menyeruak ke permukaan, The University of Kitakyushu segera mengaitkan sebagian besar kurikulum pendidikan dengan masalah lingkungan dan solusinya. Kini, kampus tersebut menjadi mitra pemerintah Prefektur Kitakyushu dalam membangun kota ramah lingkungan.

Padahal,pada masa awal berdirinya The University of Kitakyushu (UK) (1946-1981-),kampus yang sempat bernama University of Foreign Studies ini berfokus kepada ilmu-ilmu humaniora seperti sastra dan bahasa, hukum, serta ekonomi bisnis.

Sementara itu fakultas yang mempelajari tentang lingkungan, yakni Faculty of Environmental Engineering baru beridiri pada tahun 2000. Namun ilmu lingkungan di UK berkembang amat pesat. The University of Kitakyushu memberikan dukungan penuh terhadap proses penelitian di bidang urban environment. Dukungan ini meliputi dana penelitian, alat penelitian, bantuan seminar nasional dan internasional. UK tergabung dalam Kitakyushu Science and Research Park (KSRP) yang merupakan think tank pemerintah Kitakyushu dalam upaya menjadikan Kitakyushu sebagai kota ramah lingkungan.
Kitakyushu Science and Research Park


Teknik Lingkungan
Sejak UK mengembangkan ilmu lingkungan, jurusan Teknik Lingkungan dan Arsitektur menjadi jurusan favorit. Mahasiswa Indonesia yang kuliah di sini berjumlah 10 orang. Mayoritas mengambiljurusan Teknik Lingkungan dan Arsitektur. 

Selain mengembangkan ilmu dan penelitian di bidang lingkungan , UK juga memiliki jaringan luas terkait dengan pengembangan ilmu ini. Mereka bekerja sama dalam bidang urban research bersama, IGES (Institute for Global Environmental Strategies), JICA (Japan International Cooperative Agency), Asian Development Bank, serta Green Frontier.

Hasil Penelitian dan pengembangan dari kampus ini digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh daerah di sekitarnya. Tentu, UK bekerja sama dengan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah daerah dalam mengabdikan ilmunya. Pada 2008, UK menempati urutan pertama dari 730 kampus di Jepang yang memberikan kontribusi bagi pengembangan komunitas di sekitarnya.

The University of Kitakyushu memiliki Environmental Leader Program di bawah  SUW (Sustainable Use of Water and Resources) dengan misi mencetak ahli lingkungan yang siap berkontribusi dengan negara asal mahasiswanya.


Mahasiswa Asing
Memasuki periode inovasi yang dimulai pada tahun 2002, kerja sama dengan kampus di luar Jepang makin ditingkatkan guna mewujudkan kampus bertaraf internasional. Setelah bermitra dengan kampus di Amerika Serikat , Inggris, Australia, Korea, dan Tiongkok, UK pun bekerja sama dengan Universitas di Tanah Air. UK memiliki beberapa kerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia seperti Universitas Bandar Lampung (UBL), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) serta beberapa kota di Indonesia.

Berkat kerja sama tersebut, The University of Kitakyushu, khususnya Departemen Arsitektur sudah beberapa kali melakukan program pertukaran pelajar yang biasa disebut The University of Kitakyushu - Student Exchange Research Program (UK-SERP). Saat ini, terdapat 7 mahasiswa Indonesia yang mengikuti program UK-SERP  tersebut yang berasal dari UBL, ITB, dan UPI. Mahasiswa yang mengikuti program tersebut memperoleh beasiswa yang difasilitasi oleh UK.

Meski jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di kampus ini tidak banyak, namun mereka betah berada di lingkungan Universitas. UK memiliki lingkungan yang tenang, inetraksi dengan sensei (profesor) yang nyaman dan mendukung. UK telah memfasilitasi kegiatan ibadah dengan menyediakan ruang sholat. Juga perizinan yang mudah untuk mengadakan sholat Kumat disalah satu ruangan kampus.

mengenai biaya hidup di kota Kitakyushu, hampir sama dengan kota lain di Negeri Matahari Terbit. Besarnya pengeluaran tergantung dengan kebiasaan masing-masing mahasiswa. Jikauntuk makan sehari-hari masak sendiri, bisa lebih hemat. Tetapi kalau setiap makan harus ke resto maka pengeluaran pun menjadi lebih besar. 





Sumber:
Tabloid Hello Japan! edisi Juni 2016








0 comments:

Post a Comment