Friday, September 15, 2017

Shamisen

Di Negeri Sakura, shamisen kerap digunakan sebagai san-gen terutama saat digunakan untuk mendukung musik di era yang lebih modern.

Khusus di Okinawa, pulau paling selatan Jepang, bentuk instrument ini sedikit berbeda dan dikenal sebagai shasin. Baik shamisen maupun shasin umunya tak terlalu diminati anak muda Jepang karena dianggap kurang keren dan kurang modern.

Menurut promusica.or.jp, shamisen digolongkan dalam ‘keluarga lute’, karena memiliki leher panjang, tiga dawai (senar) dan tingkat ketebalan dawai yang berbeda. Dawai paling tipis akan menghasilkan bunyi paling tinggi. Sebaliknya, dawai paling tebal akan menghsilkan bunyi paling rendah.

Shamisen mempunyai bentuk yang menyerupai gitar, hanya saja badan shamisen berbentuk segi empat, bukan bulat seper gitar. Bagian badan dalamnya disebut do. Shamisen terbuat dari kayu, yang bagian depan dan belakang badannya dilapisi kulit hewan. Biasanya yang sering dipakai adalah kulit anjing.

bagian-bagian shamisen


Di Jepang ada beragam jenis shamisen. Setiap shamisen memiliki ukuran leher dan tubuh yang berbeda. Ada shamisen yang memiliki leher tipis (hosozao shamisen) disebut juga nagauta shamisen. Ada shamisen yang berleher tebal (futozao shamisen) disebut juga Tsugaru shamisen karena kerap dimainkan di wilayah Tsugaru. Bentuk leher beragam ini juga membedakan nada yang dihasilkan. Sementara yang berleher sedang  (chuzao shamisen) kadang dirujuk sebagai jiuta shamisen.

hosozao shamisen

futozao shamisen

chuzao shamisen





Perkembangannya

alat musik koto

Dilihat dari sejarahnya, alat musik yang kerap disamakan dengan koto –instrumen petik khas Jepang yang lain- ini sejak dulu dikenal sebagai alat musik yang merakyat. Berbeda dengan koto yang awalnya hanya boleh dimainkan di kalangan istana.

Shamisen diperkenalkan sekitar tahun 1652 di Pelabuhan Sakai, dekat Osaka. Sebelumya dikenal sebagai sanxian di Tiongkok. Alat musik ini sampai ke kerajaan Rukyu melalui hubungan perdagangan dengan kerajaan Fuzhou.

geisha memainkan shamisen

Shamisen tertua yang hingga kini masih ada merupakan hasil perajin Kyoto yang dinakaman yudo. Shamisen ini dibuat khusus atas perintah Hideyomi Toyotomi (pemimpin Jepang di zaman Sengoku) untuk dihadiahkan kepada sang istri. Bentuk yodo tidak jauh berbeda dengan shamisen yang ada sekarang ini. Perkembangan shamisen di negeri dengan banyak prefektur ini juga tak lepas dari salah satu pemusik tunanetra bernama Ishimura Kengyo. Ia berjasa membantu mengembangkan teknik permainan shamisen hingga digemari rakyat banyak. Di awal zaman Edo (1603-1867), Ishimura memelopori genre music dengan jiuta shamisen. Shamisen juga turut diperkenalkan oleh para geisha di zamannya. Mereka wajib memainkan alat musik ini untuk menghibur tamu. Hingga kini shamisen kerap dipertontonkan dalam berbagai festival budaya, konser musik, pentas tari dan teater serta pertunjukan tradisional lain di Jepang.


Sumber:

Tabloid Halo Jepang! Edisi Agustus 2017

1 comments:

Miliana said...

keren banget informasinya menarik

stamp alfamart royal vkb

Post a Comment